Selasa, 22 November 2011

Kemunafiqan sumber kehancuran umat Islam


Definisi

Munafiq berasal dari bahasa Arab nafaqo, yanfuqu, nafaqon yang berarti sesuatu yang habis tidak tersisa sedikitpun. Merujuk kepada bahasa Melayu/Indonesia munafiq ilah yang membawa pengertian berpura-pura atau bermuka dua. Tetapi munafiq yang ingin dijelasakan di sini munafiq yang disebut-sebut dalam al-Quraan dan Hadist. Berdasarkan penjelasan al-Quraan Surah al-Maidah: 53.

“Dan orang-orang yang beriman mengatakan: Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar bersama kamu? Rosak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang rugi”. (al-Maidah: 53)
“Mereka yang mengtakan dengan mulut mereka apa yang bukan lahir dari isi hati mereka dan Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan”. (Ali-Imran: 167)
“...manakala orang munafiq  keadaannya sama saja, sama ada di dalam rumah atau di luar rumah ataupun di jalan raya, nauzubillah..! Demi Allah! Tidak diketahui siapa tuhan mereka, bahkan dikenali mereka karena kedurhakaan mereka terhadap Tuhan dan amalan-amalan mereka yang keji, ternyata kebatilannya, bicaranya memabukkan, mereka bukanlah terdiri di kalangan orang-orang Yahudi, Nasrani atau Majusi. Tapi mereka dalah manusia yang suka beralasan”. (Riwayat Yaakub bin Ibrahim dari Wahab ibnu Jarrir  ia mendengar al-Hasan r.a berkata)
Kemunafiqan itu “...Apabila berucap ia dusta, apabila diberi amanah ia berkhianat dan apabila ia berjanji memungkiri”. HR. Anas bin Malik.

Perbezaan antara Munafiq dan Kafir

Orang munafiq menzahirkan keiman mereka di hadapan ramai tetapi menyembunyikan kekufuran di dalam hatinya. Mereka menerima Islam hanya secara zahir tapi hatinya tidak begitu tulus dengan Islam tersebut. Perkara ini dapat diketahui dari perkataan, amalan dan perbuatannya selalu bertetangan dengan ajaran Islam. Mereka berpura-pura ikut memperjuangkan Islam, beribadah, berzikir dan berbuat amalan-amalan seperti layaknya perbuatan orang Islam yang ikhas dengan agamanya. Namun hal itu dilakukan bukanlah untuk Allah tapi hanya untuk berpura-pura.  Berpura-pura karena malu kepada manusia memendang ia sebgai orang Islam. Berpura-pura kerana malu identity terulis beragama Islam tapi hati dan jiwa dipenuhi kebusukan dan jauh dari keikhlasan beragama. Sementara pengertian  kekufuran ialah menyekutukan Allah secara terang-terangan. Mereka yang menyatakan keengganan mengikuti apa yang Allah serukan. Dan hal ini diketahuai sehigga jelaslah status mereka baik dalam masyaraakat, organisasi dan kelompok.

Mengenal keperibadian Munafiq

Dari permulaan surah al-Baqarah sampai ayat ke 20 di situ Allah menjelaskan sejelas-sejasnya mengenai keperibadian orang  munafiq.  Dalam tulisan singkat ini kita akan membahas tentang personaliti munafiq agar kita dapat mengesan dan mengetahuinya kerana kemunafikan itu berkeliaran dan dapat melanda siapa sahaja, bahkan diri kita sendiri. Dengan demikian kita dapat berwaspada kerana kemunafikan ini penghacur sendi-sendi agama dan penipu ulung yang dapat menyusup ke dalam benteng pertahanan dengan senyap. Perkara ini  menjadi kekuatiran Rasulullah akan kehancuran umat ini (Islam) sepeninggalnya. Diharakan  setelah kita mengetahuinya kita dapat mengantisipasi dan mencegahnya bahkan menghancurakan kebusukan  jiwa yang dilaknati Allah tersebut. Keperibadian munafiq ini begitu samar sehingga sukar untuk dikesan apalagi bagi mereka yang memiliki signal iman yang tipis, yang cinta dengan dunia, yang suka bermewah-mewah dan banyak tertawa. Lantaran demikian banyak umat Islam yang tertipu oleh orang-orang tersebut. Oleh kerana itu jika dalam penjelasan nanti sudah dimegnerti ciri-cirinya mari bersama-sama kita hancurkan!  Jika anda tidak mau berarti anda juga munafiq  jangan lanjutkan bacaan ini sebab hati anda akan terluka mendangarnya seperti keseskaan nafas orang munfiq di zaman Rasulullah s.a.w. yang selalu gunda-gulana apabila mendengar turunya wahyu yang ditakuti membuka rahasia keburukan mereka. Dalam ringkasan di bawah ini ada yang ditulis beserta dalilnya dan ada juga yang diringkaskan mengingat ruangan pembicaraan perlu disingkatkan seringkas mungkin. Tapi yang jelasnya sumber utama pebahasan merujuk pada kitab suci al-Quraan dan dalil-dalil Sabda Rasulullah. S.A.W.

Ciri-ciri orang munafiq penghancur umat Islam

Penjelasan berikut ini menguraikan erti kemunafikan secra universal dan cuba untuk memberikan pemahaman kepada yang belum mengetahui hakikat kemunafikan secara mendasar. Perlu dikenal pasti bahwa kemunafikan itu tidaklah sesempit yang pernah dibayangkan oleh kebayakan orang tetapi mencakupi tiga elemen penting. Hakikat keimanan meliputi hati, ucapan dan perbuatan. Apabila ketiga ini berjalan tidak seiring maka itulah kemunafikan bukannya keimanan. Walaupun kemunafikan memiliki bermacam-macam jenis namun ia tidak terlepas dari tiga unsur di atas. Lebih jelasnya kita akan menghuraikannya secara lebih luas agar mudah difahami. Bagaimanakah orang itu dikatakan munafiq dan apa cirri-cirinya?

1.      Mereka orang yang ragu antara iman dan kufur. “Mereka ragu-ragu di antara yang demikan itu (iaman dan kufur)”. An-Nisa’ 143  ‘ragu’ memiliki pengertian yang luas bukannya ragu dalam hal dengan Allah semata tetapi ragu dalam menjalankan apa yang diperintahkan Allah juga termasuk dalam kemunafikan.
Merka yang ragu dalam menjalankan dan menerima hukum-hukum Islam termasuk dalam kemunafikan. Mereka yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dengan setengah-setengah termasuk orang munafiq. “Perumpamaan orang munafiq seperti kambing terkena sakit mata, terombang ambing kesana-kemari menuruti jejak kambing mana yang harus diikuti” Riwayat At-Tabari. Tidak memiliki keyakinan penuh dan kecintaan terhadap agama. Agama hanyalah sebatas topeng dan status  namun tidak menjiwainya sehingga iman dan agama si munafiq bukanlah landasan kehidupannya melainkan hawa nafsu.

2.      Mereka yang berbuat amal hanya sebatas mengharap ganjaran dari manusia dan supya mendapat pujian manusia, juga munafiq. Dan mereka yang mengaku beragama Islam tetapi akhlak jauh dari nilai-nilai yang diajarkan Islam juga munfiq. Mereka yang menghina agama Islam, mencaci sesama Islam termsuk munfiq. “Dan di antra mereka ada orang-orang yang menyakiti Nabi mempercayai semua apa yang diengarnya...At-Taubah: 61. Dengan menghina sesama mukmin bererti sama halnya menghinakan keseluruhannya. Bukankah Muhammad s.a.w. juga mukmin? Klau begitu ketika engaku menyakit sesama muslim, menghinda, mempermalukannya, menzaliminya, merendahkannya, ENGKAU TELAH MENYAKITI NABI. Mereka yang memusuhi sesama Islam, juga munafiq. Mereka yang berpura-pura berpakaian menurut hukum Islam,  layaknya seperti mengikut aturan Islam tapi tidak disertakan keikhlasan hanya untuk bergaya, hanya symbol-simbol Islam saja yang diikuti tapi bukan hakikatnya,  juga munafiq. Mereka menjadi pemimpin mengatasnamakan Islam tetapi demi ambisi peribadi, tidak amanah, tidak jujur, ridak peduli dengan kemaksiatan padahal itu di bawah kekusaannya dan tidak ambil peduli dengan nasib yang dipimpinnya,  itu juga orang munafiq. Mereka yang belajar pengetahuan tapi dimamfaatkan dengan di jalan yang salah,  dimamfaatkan hanya untuk berdebat dan merendah-rendahkan orang lain, supaya dipandang mulia oleh manusia dan disegani, itupun golongan munafiq.
“Mereka berada di antara dua persimpangan (iman dan Islam) mereka bukan golongan ini (mukmin)  dan tidak pula golongan ini (kufur)”. An-Nisaa’: 143.
“Dan di antara mansuia ada yang menyebah Allah dengan berada di tepi sahaja (tiak dengan penuh keyakinan),  sehingga apabila ia memperoleh kebaikan neiscaya  tetaplah ia dalam keadaa itu dan jika ditimpah bencana, maka ia berbalik undur ke belakang (menjadi kafir) mereka akan mendapat kerugian di dunia dan akhirat, yang demikian itu adalah kerugain yang nyata”. Al-Haj: 11.

3.       Mereka yang berkata dan berucap dangan perkataan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka perbuatkan, itu juga orang munafiq “Kebanyakan munafiq di kalangan umatku ialah tutur katanya”. H.R. Ahmad & Baihaqi. Mereka yang berpura-pura baik tetapi ada hasrat tertentu untuk menipu orang lain, itu juga orang munafiq. Mereka yang lebih gemar kepada sesuatu yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam, perbutan yang sia-sia,  penyebar fitnah, termasuk orang munafiq “Orang-orang munafiq lelaki dan perempuan adalah sama sama saja di anara satu sama lainnya, mereka menyeru kepada kemungkaran dan melarang membuat kebaikan” At-Taubah:67. Mereka yang berkata dusta dan menyebar keruskan sehingga membahayakan umat Islam lainya baik melalui tulisan,  perkataan dan perbuatan baik secara langsung atau tidak langsung, juga termasuk orang munafiq.

4.      Mereka yang lebih lebih bangga dengan suku, golongan, keturunan daripada menjadi bahagian umat  Islam, itu juga munafiq, “Sesiapa yang menyebut sembilan dari nenek moyangnya yang kafir sekedar menyombongkan diri dan dan memperolehi kemuliaan, maka ia akan menjadi yang ke sepuluh di dalam neraka”. HR. Imam Ahmad. Mereka yang memiliki fanatisme yang berelebihan terhadap kabilah, Negara, suku, kelompok dan merendah-rendahkan golongan lainya, Mereka itu bukan orang Islam tetapi musuh islam,  munafiq sejati walaupun memakai sorban, solat, mengaji, belajar agama dan melakukan perbutan layaknya orang mukmin yang taat,  padahal hati dan jiwanya tergolong orang yang dilaknati Allah dan Raasulnya.  Sebagaimana gembong munafiq berucap: “Seandainya kami selamat pulang ke Madinah (dari peperangan) nanti, niscaya orang-orang mulia (Abdullah bin Ubay dan pengikutnya) akan menghalau orang-orang yang hina dari bumi Madinah (Rasulullah s.a.w. dan sahabat Muhajirin”. Nauzubillah. Begitulah kesombongan dan fanatisme yang sempit akan menjadikan orang tersebut dipenuhi kemunafikan, bangga diri, dan merasa mulia. Sunguh mereka telah menipu hati mereka sendiri dengan tiupan kedustaan syiatan yang memandang mulia sesuatu yang dilaknati Allah. Ini dikarenakan mereka tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka telah tersesat dalam kesesatan yang jauh. 

5.      Mereka yang lebih menyokong perkara-perkara maksiat, hal-hal dunia dan tidak mengambil berat tentang perjuangan untuk menghidupkan agama Allah dimuka bumi ini, tidak gemar menafqahkan hartanya di jalan Allah, juga termasuk golongan orang munafiq. Mereka yang menyakiti saudaranya sesama muslim dengan kejahatan tangannya atu keburukan perkataannya sehingga orang muslim lainnya merasa tidak nyaman karenanya, juga termasuk orang munafiq. Mereka yang penakut, takut miskin, takut hina, takut dengan manusia, takut dengan malu, takut tidak mendapat jabatan tetapi tidak takut kepada Allah dan RasulNya, juga termasuk orang munafiq “...mereka bukanlah di kalangan golongan kamu, tetapi mereka adalah golongan yang takut”. At-taubah:56. Mereka lebih takut dan lebih malu kepda manusia, lebih taat dan memuji-muji manusia dengan kekaguman yang berlebihan berbanding Allah dan RasulNya, juga munafiq. “...kamu takut kepada manusia  sedangkan Allah lah yang lebih berhak untuk kamu takuti..”. Al-Ahzab: 37.

6.      Mereka yang berlaku sombong baik kepada Allah atau kepada sesama Muslim karena mendapat kelebihan harta, kedudukan, pengetahuan, merasakan hidup lebih baik. Sementara saudaranya sesama islam diejek, dibarikan kelaparan, juga munafiq “Dan apabila dikatakan kepda mereka: Patuhlah kamu kepda Allah! Tetapi kesombongan itu membawanya kepda dosa...”Al-Baqoroh: 205-206. Kemudain mereka yang berbuat aniaya dan menyakiti sesama kaum muslimin padahal mereka masih mengku beriman bahkan hafaz Rukun Iman yang 6 tetapi tidak sempat singga dihati,  juga termasuk munafiq. Kebanyakan mereka tidak menyedarinya, “Tidak beriman seseorang kamu sehingga ia kasih kepada saudaranya sebagaimana ia kasih terhadap dirinya sendiri”. HR. Bukhori Muslim.

7.      Lebih percaya dan menyokong orang kafir daripada sesama Muslim, membuka aib sesama muslim, memuji-muji orang kafir karena ada mahunya dan menguntungkannya, rela ia korbankan saduranya sesama Islam, juga termasuk munafiq. “...Iaitu mereka yang mengambil orang-orang kafir pemimpin mereka  dengan meninggalkan orang-orang mukmin...” At-Taubah::28. Juga yang saling bermusuhan, dengki mendengki antara satu sama lainnya padahal mereka faham agama, mereka tau dosa dan larangan, mengerjakan solat, membaca kitab Allah akan tetapi terus berperlakuan buruk mengikuti kehendak hati dan hawa nafsu, mengikuti kesombongan dan keegoan iblis selalu dipelihara. Haya orang yang berjiwa munafiq yang selalu memlihara sifat dan kelakuan demikia. “Janganlah kamu marah memarahi, dengki mendengki tidak bertegur sapa dan bersilaturahmi...” HR. Mutafaqun Alaihi.  Mereka yang terus memeneruskan perlakuan seperti itu, menurut penjelasan kelanjutan riwata hadist tersebut iman mereka kepada Allah diragukan. Tapi mereka masih mengaku Islam lagi.

8.      Mereka yang merasa bangga dan merasa mulia melakukan perbuatan-perbuatan bersifat dunia tapi tidak gemar dan bangga dengan apa yang ada di sisi Allah dan RasulNya, tidak bangga membantu sesama Muslim, malu dalam hal kebaikan Agama, bahkan mengejek dan menertawai orang-orang yang benar di jalan Allah, juga munafiq.
“...kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri” Munafiquun: 5
“Padahal kekuatan hanyalah bagi Allah dan RasulNya dan juga orang-orang yang beriman, tetapi orang tidak mengetahuinya” Al-Munafiquun: 8.

Pembahasan
Mungkin kebanyakan orang memahami bahwa kemunafikan itu hanyalah dusta perkataan, perbuatan dan pengkhianatan. Memang secara garis besarnya difahami demikian tapi tahukah setiap perbuatan dan seruan-seruan Allah apabila seseorang itu menolak secara terang-terangan dan tidak mempercayainya, itulah jelas-jelas kafir namanya. Dan apabila hamba tersebut  mengaku masih beriman tetapi terhadap perintah dan larangan Allah baik dalam bentuk amalan, keyakinan dan ucapan dilakukan dengan setengah hati tidak ada keseungguhan dalam hal larangan dan perintah Allah. Menganggap mudah peritah Allah dan larangannya tapi mereka masih status beriman lantaran mengucap “Syahadah”, namun jiwa sepi dari ketulusan beribadah, beramal, dan pengikhalsan diri kepada Allah dan RasulNya, iulah pengertian munafiq secara luasnya. Oleh karena itu kalaulah kita meneliti dengan bijaksana pesan-pesan terkhir Rasulullah s.a.w. pada detik-detik terkhir menjadi kekuatiran Rasulullah s.a.w terhadap umat ini ialah kemunafiqan yang akan menghancurkannya  “Apa yang aku bimbangkan menimpa ke atas umat ku ialah munafiq yang alim lidahnya”. HR. At-Tabarani dan Ahmad. Mereka banyak menyebar fitnah dan berbuat kerusakan di atas bumi. Dan mereka merasa bangga dan terhibur dengan perbuatan-perbuatan terkutuk tersebut. Itlah golongan yang telah ditutupi pendengaran, mulut dan penglihatannya oleh Allah dan mereka tidak akan pernah kembali menyedari dan merenungi bahwa apa yang mereka lakukan membawa akibat yang sangat menyedikan bagi dirinya sendiri. Na’uzubillah.

Kalau kita perhatikan dalil al-Quraan yang menyinggung tentang orang munfiq secara harfiah, maka kita akan temui hanya sedikit. Tetapi, tujuan zahir ayat dapat membawa kepada maksudnya yang terdalam dan pemahamannya yang universal. Bila kita kaitkan dengan istilah dari kemunafikan “Mereka kaum yang setengah-setengah dalam hal iman kepada Allah”. Dan seseorang itu tidaklah dinyatkan beriman secara sempurna apabila KEYAKINAN, PERKATAAN dan PERBUATAN tidak seiring dalam ertikata setengah-setangah. itulah pegnertian munafiq secara luasnya.  Berdasarkan keterangan penjelasan-penjelasan di atas dapat kita ertikan, proses kesungguhan dalam penerimaan, perbutan, keyakinan  Ia lebih cenderung menganai isi hati atau jiwa dan keperibadian, lebih dekat kepada proses kemurnian iman seorang hamba teradap Tuhannya. Dan itulah menjadi pemisah antara kemurnian iman dan kepalsuan iman. 
Pertanyaannya adalah,  Apakah seorang hamba itu telah diyatakan benar-benar beriman ketika keyakinan, perkataan dan perbuatan  saling bertentangan?

TIDAK.

Dan kalau “TIDAK” jelaslah mereka itu termasuk orang yang ragu disebabkan tidak mentaati perintah dan larangan Allah sepenuhnya. Jika sudah demikian, itulah pengertian KEMUNAFIQAN. Mereka orang yan berpura-pura. Kepura-puraan ini jelas kelihatan dari ketidaksungguhannya dalam mentaati Allah dan RasulNya. Dan kalaulah mau jujur kita mengakuinya maka kita temui keperibadian seperti ini berkeliaran di pejabat-pejabat, di kedai-kedai, di jalan-jajan, di pasar-pasar, di forum-forum seminar, di institusi-institusi pendidikan, di jabatan-jabatan agama, di masjid-masjid bahkan mungkin di dalam diri kita sendiri. Oleh kerana itu hendaklah kita waspada dan berhati-hati memeranginya dan selalu bermuhasabah dan introspeksi diri serta memohon pertoloangan Allah.S.W.T.

Kesimpulan
Sekarang cuba kita renungkan betapa dengan kedaan zaman dimana kita berada, kita tinggal, kita bekerja, kita beribadah, kita belajar sedar atau tidak secara jujur bahawa kemuanfiqan telah meracuni hamir 70 % umat Islam saat ini. Pada akhirnya kita berjumlah banyak namun tak  ubahhnya laksana buih di atas lautan. Jika kita tidak ada kesungguhan dalam beragama dan jika agama tidak  dijadikan landasan dan cara hidup. Oleh kerana itu berhati-hatilah wahai saudaraku seiman dan seagama. Begitu banyak orang yang mengaku ISLAM tetapi  bertingkah laku serta menggunakan cara-cara kemunafiqan. Sedikit sekali yang menyedarinya, bahawa umat Islam saat ini dalam keadaan terancam, terancam oleh orang Isalm itu sendiri (Islam palsu) kebanyakan kita tidak mengetahuinya dikarena hati dan pemikiraan umat saat ini telah dimatikan oleh hal-hal cinta dunia, lebih gemar bermegah-megah, berlomba-lomba dalam perkara yang sia-sia. Kekuatiran Nabi Muhammad. S. A. W. memang telah melanda generasi kita saat ini oleh kerana itu sebagi orang muslim yang masih menginginkan masuk surga dan berhararap-harap padanya, berhati-hatilah. Demi Allah, sesungguhnya surga mengharamkan setiap jiwa yang terasuk sifat kemunfiqan. Karena kemunafiqan akan memusnahkan segala amal dan kebaikan-kebaikan yang dilakukan menjadi sia-sia. Marilah kita memhon ampun dan petunjuk kepada Allah semoga Allah selalu memberikan Taufiq dan Innayahnya pada kita dan dijadikannya kita umat Islam yang saling mengasihi dan saling tolong menolong dalam kebenaran dan kesabaran. Natawaqal ilallah Wallahu a’lam.


Diposkan oleh: Muhammad Hisbullah 22/11/2011. Anda dapat juga mengirimkan bentuk tulisan, karangan, berita  dan informasi untuk berbagi dengan saudara-saudara yang lain kirim ke email biaronews@yahoo.com jangan lupa sertakan foto dan biodata. Tulisan anda akan diterbitkan berdsarkan nama anda.Terima Kasih.


Sabtu, 12 November 2011

Orang berilmu dekat jurang neraka


Kisah sang Nabi

Suatu hari Musa a.s. sedang berada di tengah-tengah kaumnya memberi peringatan tentang hari-hariNya Allah, hari-hari yang penuh dengan kesengangan dan mala petakaNya. Ketika itu Musa a.s. berkata: “Aku tidak pernah melihat di muka bumi ini seorang lelakipun yang lebih berilmu daripada diriku”. Allah segera memberi wahyu kepada Musa: “Sesungguhnya Aku tahu orang yang lebih baik lagi. Dan Aku tahu di mana orang itu. Sesungguhnya di muka bumi ini ada orang yang lebih tahu daripada kamu. Musa a.s. berkata: “Wahai Tuhanku, tunjukkanlah aku kepadanya”. Selanjutnya dikatakan kepa Nabi Musa a.s.: “Bawahlah bekal seekor ikan asin. Di mana saja ikan tersebut hilang, maka di situlah orang tersebut berada. “Musa a.s. bersama muridnya (Yusya’ bin Nun). Musa a.s. membawa ikan tersebut pada sebuah keranjang.
Musa dan muridnya tersebut berangkat dengan berjalan kaki sampai disebuah batu karang yang sangat keras. Musa a.s. dan murinya tertidur. Sementara ikan yang berada dalam keranjang bergerak dan melompat keluar lalu terjun kelaut. Allah menahan ombak, sehingga air laut menjadi seperti jembatan buat melintasi ikan tersebut. Musa a.s dan muridnya merasa heran. Mereka meneruskan perjalanan pada siang dan malam harinya yang masih tersisa. Murid Musa a.s. lupa mengingatkan kepada Musa.
Suatu pagi Musa a.s. berkata kepada muridnya: “Bawahlah kemari bekal kita. Sesungguhnya kite telah merasa letih karena perjalanan kita ini”. Tetapi Musa a.s. tidak akan pernah letih menyerah sebelum ia sampai di tempat yang diperintahkan. Muridnya berkata: “Tahukah anda ketika kita mencari tempat perlindungan disebuah batu karang tadi, aku lupa menceritakan tentang ikan itu, syaitanlah yang sejatinya membuat aku lupa untuk menceritakannya, ikan itu telah masuk ke laut dengan cara yang sangat aneh.” Selanjutnya Musa a.s. berkata “Kalau begitu itulah tempat yang kita cari.” Keduanya lalu kembali. Keduanya mengikuti jejak mereka semula, sehingga mereka tiba dibatu karang tadi.
Musa tiba-tiba melihat seseorang lelaki yang sedang berselimut yang menutupi sebatas bahunya dan itulah Nabi Khidir. Musa a.s. coba mengucapkan salam kepadanya. Khidir bertanya kepada Musa a.s. “Bagaimana mungkin ada salam di bumi ini?” Musa a.s. berkata “Aku adalah Musa.” Khidir kembali menimpali “Musa Bani Isra’il?” Musa a.s. menjawab “Ya”. Khidir berkata: “sesungguhnya kamu memiliki sesuatu ilmu yang telah Allah berikan kepada kamu. Dan aku tidak mengetahuinya. Sebaliknya aku juga memiliki salah satu ilmu Allah yang telah diberikan kepadaku. Dan kamu tidak megngetahuinya”. Musa a.s. berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mau mengajari kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadaku?” Khidir menjawab: ”Sesungguhnya kamu tidak akan bisa sabar besamaku.
Bagaimana kamu bisa bersabar atas sesuatu yang kamu belum memilki pengetahuan yang cukup tenga hal tersebut?” Musa a.s. berkata: “Isanya Allah kamu akan mendapti aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusanpun”. Khidir berkata kepada Musa a.s.:”Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri yang akan menerangkannya kepadamu”. Musa a.s. berkata: “Baiklah”. Khidir dan Musa a.s. lalu berangkat dengan berjalan kaki menelusuri tepi pantai, ada sebuah perahu melewati mereka. Mereka bercakap-cakap dengan para penumpannya agar mau membawanya. Karena sudah kenal dengan Khidir, mereka lalau membawa keduanya tanpa bayaran. Khidir dengan sengaja mencabut sebuah papan dek perahu tersebut. Musa a.s. berkata kepada Khidir: “Mereka telah membawa kita dengan tanpa bayaran. Tetapi dengan sengaja perahu mereka kamu lobangi, kamu mau menenggelamkan penumpangnya. “Bukankah kamu telah berbuat kesalaha yang besar?”  cuap Khidir “Bukankah aku telah beratak sebelumnya: “Sesungguhnya kamus ekali-kali tidak akan sebar bersamaku”. Musa a.s. berkata: “Janganlah anda menghukum aku dengan kelupaanku, dan janganlah membebani aku dengan perkara yang sulit dalam urusanku.” (Dalam satu riwat dijalaskan tinakan Musa a.s. yang Dpertama memang karena lupa. Seekor burung pipit lalu hinggap di tepi perahu dan mematuk di laut. Khidir lalu berkata kepada Musa a.s.: “Ilmu kita dibandingkan dengan ilmu Allah, adalah ibarat patukan burung pipit  tersebut pada lautan itu”.)
               Selanjutnya mereka meninggalkan perhu tersebut. Saat mereka sedang berjalan di tepi pantai, tiba-tiba ada seorang anak remaja sedang bermain-main bersama beberapa temannya. Khidir memegang kepala anak itu, menggandeng tangannya, lantas membunuhnya. Musa a.s. berucap: “Mengapa anda membunuh jiwa yang masih bersih itu? Sesungguh nya kamu telah melakkukan sesuatu yang mungkar.” Khidir berkata: “Bukankah sudah aku katakana bahwa kamu tidak akan sabar bersamaku? Ini sudah keterlaluan daripada yang pertama.” Selanjutnya Musa a.s. berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sekali lagi, maka tak akan ikut bersama. Sesungguhnya anda telah cukup pengertian kepadaku”. Mereka meneruskan perjalanan.    
 Ketika mereka sampai ke suatu negeri, mereka meminta dijamu oleh penduduk setempat. Tetapi penduduk negeri itu enggan menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapati di daerah tersebut dinding rumah yang hampir roboh. Khidir lalu menegakkan dinding rumah itu. Musa a.s. berkata: “Jika kamu anda mau, anda bisa mengambil upah untuk pekerjaan itu “Khidir mengisyaratkan tangnanya dan menegakkan dinding tersebut. Musa a.s. berata kepada Khidir: “Orang-orang yang kita datangi tidak mau menerima kita sebagai tamu dan tidak mau menjamu kita. Jika kamu mau, kamu  bisa mengambil upahnya pekerjaanmu itu.” Khidir berkata: “ Inilah perpisahan kita. Aku akan memberi tahukanmu tentang perbuatanku yang membuat kamu tidak sabar ke atasnya. Mengenai perahu itu, ia adalah kepunyaan nelayan miskin yang bekerja di laut. Saat pembajak laut melihat perahu itu dalam keadaan bocor, maka ia akan membiarkannya saja. Mereka lalau memperbaikinya dengan sepotong kay. Adapun anak mudah tersebut telah ditakdirkan Allah sebagai orang kafir, sementara orang tuanya sangat mencitinya. Kalau saja ia masih terus bersama orang tuanya niscaya dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan aku ingin agar tuhan mereka menggantikan dengan anak yang lain yang lebih baik kesuciannya dan lebih disayang daripada anak itu. Adapun dinding rumah itu kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu. Dibawahnya ada harta benda warisan milik mereka berdua.”[1]

Cuplikan

1.  Aku tidak pernah melihat di muka bumi ini seorang lelakipun yang lebih berilmu daripada diriku”.
2.   Sesungguhnya kamu memiliki sesuatu ilmu yang telah Allah berikan kepada kamu. Dan aku tidak mengetahuinya. Sebaliknya aku juga memiliki salah satu ilmu Allah yang telah diberikan kepadaku. Dan kamu tidak megngetahuinya”.
3.   Khidir menjawab: ”Sesungguhnya kamu tidak akan bisa sabar besamaku. Bagaimana kamu bisa bersabar atas sesuatu yang kamu belum memilki pengetahuan yang cukup tenga hal tersebut?”
4.   Ilmu kita dibandingkan dengan ilmu Allah, adalah ibarat patukan burung pipit  tersebut pada lautan itu

Ulasan

Berdasarkan penjelasan hadist di atas orang yang berilmu lebih cenderung kepada kesombongan oleh karena itu berhati-hatilah. Disebabkan kesombongan inilah Nabi Musa a.s. mendapat teguran dari Allah. Seperti di jelaskan oleh Al-Ghazali dalam Ihya’nya bahwa kesombongan orang yang berilmu itu dari awal niatnya sudah salah. Mempelajari ilmu haya untuk berdebat, ingin dipuji dan merasa tinggi hati lalau timbullah persaan menganggap orang lain bodoh. Lantas orang yang berilmu memiliki sifat demikian lebih dekat dengan neraka. Diingat kembali, sebagai mana ucapan  Pythagoras, kita bukanlah orang yang ahli ilmu melainkan pencari ilmu. Sesungguhnya selama hidup seseorang itu dihabiskan untuk mencari ilmu semata maka tidaklah ia mengetahui semuanya. Perlu dicamkan ucapan Khidir “sesungguhnya kamu memiliki sesuatu ilmu yang telah Allah berikan kepada kamu. Dan aku tidak mengetahuinya. Sebaliknya aku juga memiliki salah satu ilmu Allah yang telah diberikan kepadaku. Dan kamu tidak megngetahuinya”.

Kesimpulan

Mengambil ikhtibar dari hadist di atas maka Allah tidak menyuki orang yang berilmu merasa sombong dan menganggap rendah orang lain. Jik Allah sudah tidak menyukainya maka jurang nerakalah tempat yang kembalinya orang tersebut. Oleh karena itu mengingat kembali pesan Al-Ghazali  agar kita berhati-hati terhadap penyakit sombongnya ilmu. Guna mempelajari ilmu ialah untuk memperbaguskan amal dan mengenal Tuhan bukan untuk menegakkan kepala dan merasa mulia. Sombongnya ilmu ini merupakan penyakit orang yang memilikinya oleh karena itu jika tidak berhati-hati orang yang berilmu lebihd ekat dengan jurang neraka.

Mengungkap rahasia sihir


Sihir, pemanis, susuk dan apapun namanya. Perkara itu merupakan fakta yang tak terbanta dan merupakan sunatullah (ketentuan) untuk menguji hamba-hambanya. Dan Allah memberikan ruag gerak terhadap kerja sihir untuk menguasai orang-orang yang lupa kepada Allah. Orang-orang yang menjadikan syaitan sebagi pelindungnya. Mencari perlindungan selain daripada Allah semunya lemah kecuali Allah Zat yang Yang Maha Perkasa. Rasulullah s.a.w. sendiri pernah terkena sihir. Dalam menyikapi pristiwa ini hendaklah jangan disalah artikan dengan penafsiran yang sempit. Apa yang terjadi, menimpa Rasulullah tersebut bukan berarti ia lupa dengan Allah lantas sihir berhasil mempengaruhinya. Tetapi semua yang terjadi pada diri Rasululullah adalah bentuk pengajaran yang hendak Allah sampaikan pada hambanya. Lantas dengan terjadinya peristiwa ini umat manusia telah diberi bekal bagaimana cara menghindari dan mengatasi masalah tersebut. Karena diketahui sebelumnya permasalan itu ada.

Cerita mengenai sihir yang menimpa Nabi s.a.w. sebagaimana diterangkan Imam Muslim dalam kitab Sahihnya:

Hadits bersumber dari Aisya r.ha. beliau berkata: seorang Yahudi Bani Zuraiq bernama Labaid bin al-Aslam, pernah menyihir Rasulullah s.a.w. lantas Nabi s.a.w membayangkan seolah-olah melakukan sesuatu, padahal tidak. Sampai suatu hari atau pada suatu malam, Rasulullah s.a.w. berdoa dan terus berdoa kemudian bersabda: “Hai Aisyah, apakah engkau merasa bahwa Allah memberiku petunjuk mengenai apa yang aku tanyakan kepadaNya? Dua malaikat telah datang kepadaku. Salah satu diantaranya duduk di samping kepalaku, sedangkan yang lainnya di dekat kakiku. Malaikat yang berada di samping kepalaku berkata kepada malaikat yang berada di dekat kakiku, atau sebaliknya: “Apa sakit orang ini?”
Yang ditanya menjawab: “Tersihir”
Yang satunya bertanya lagi: “Siapakah yang menyihirnya?”
Yang lain menjawab: “Labaid bin al-Aslam”
Yang satunya bertanya: “Di mana sihir itu ditempatkan”
Yang lain menjawab: “Pada sisir dan rambut rontok yang berada di sisir itu, serta kantong mayang kurma jantan.”
Yang satunya bertanya: “Di mana itu diletakkan?”
Yang lain menjawab: “Di dalam sumur Dzu Arwan.”
Lanjut Aisyah r.ha: Lalu Rasulullah s.a.w. datang ke sumur itu bersama beberapa sahabat beliau. Kemudian beliau bersabda: “Hai Aisyah, demi Allah, seakan-akan air sumur itu seperti inai (kemerah-merahan), sedangkan pohon kurma yang ada di situ bagaikan kepala-kepala syaitan.
Aku (Aisyah) bertanya: “Ya Rasulullah apakah engkau tidak membakarnya saja benda itu?”
Rasulullah s.a.w. menjawab “Tidak, mengenai diriku, Allah telah berkenan menyembuhkanku. Dan aku tidak suka membuat khalayak menjadi resah. Karena itu, akau menyuruh memendam (menanam)nya.” (HR. Imam Mulsim)

Dari peristiwa itulah turunya surah al-Falq. Allah memberi tangkal kepada Rasullah s.a.w. dengannya. Berdasarkan keterangan penafsiran Asbabun Nuzul ayat tersebut, sewaktu Rasulullah membaca ayat tersebut maka buhul (tali pengikat yang ada dibenda sihir) terlepas satu persatu.
Merujuk kepada keterangan-keterangan baik pandangan para Ulama atau pun penafsiran al-Quraan dan Hadist itu sendiri dapat ditarik kesimpulan, sekiranya seseorang itu hendak menangkal terhadap ganguan sihir dengan tidak lupa membaca tiga surah yang terakhir (al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas). Dan ini hendaklah dibacakan berterusan di manapun dan kapanpun. Baik ketika bepergian, mengunci pintu, pergi ke undangan dan lainya. Insya Allah anda akan terbebas dari perbuatan sihir yang dikutuki Allah tersebut. Karena sesuai dengan penjelasan Allah bahwa sihir itu tidaklah memberi mudharat dan mendatangkan mamfaat melainkan kerugian. Biasanya sihir itu hanya dapat menguasi jiwa manusia yang kosong dan lemah spritualnya sehingga dengan mudah sihir mempengaruhinya.

Penjelasan al-Quraan mengenai sihir sebagaimana di terangkan Allah dalam surah al-Baqarah, 102 sebagai berikut:

“Dan mereka mengikuti apa (kitab-kitab sihir) yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengerjakan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil iaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengerjakan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu)” sebab itu janganlah kamu kafir.
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isteri. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudhorat kepadanya dan tidak memberi mamfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah menyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di
akhirat, dan amat jauhlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, jikalau mereka mengetahui”. (Al-Baqoroh: 102).,

Berdasarkan uraian Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya sebagai berikut:
“Ilmu sihir termasuk tangkal azimat, adalah berupaya menunjukkan bagaimana jiwa-jiwa manusia mampu disiapkan untuk melakukan sesuatu pengaruh terhadap benda dunia, elemen-elemen baik tanpa bantuan atau dengan bantuan benda-benda gaib. Jenis yang pertama adalah sihir. Dan yang kedua ialah tangkal azimat. Ilmu ini dilarang mengamalkannya oleh syariat agama, karena ia memudharatkan dan mengharuskan pengamalnya menyekutukan Allah. Ilmu-ilmu sihir terdapat di kalangan penduduk Babil yang terdiri daripada bangsa Syiria dan Kaldean, juga terdapat di kalangan bangsa Mesir dan lainnya.

Mencermati penjelasan Ibnu Khaldun yang mengulas mengenai sihir. Bahwa ahli sihir juga memiliki kekuatan (kemampuan) untuk melaksanakan pengaruh terhadap makhluk-makhuk ciptaan dan untuk menarik spritualiti-spritualiti bintang-bintang agar dapat digunakan untuk melakukan suatu pengaruh baik melalui kekutan psikis atau kekuatan syaitan. Jiwa-jiwa para peramal memiliki kualitas yang memungkinkan untuk melihat hal-hal yang gaib dengan perantaraan kuasa syaitan. Sementara syaitan itu penuh kebohongan.

Adapun jiwa (seseorang) yang memiliki kekutan sihir itu dikelompokkan menjadi tiga kategori:

1.   Jenis yang peratama ini menggunakan pengaruhnya hanya melalui kekuatan mental semata(himmah) tanpa apa-apa alat bantuan. Inilah yang disebut oleh para hali falsafah sebagai sihir.

2.  Jenis yang kedua ini mengenakan pengaruhnya dengan bantuan watak benda-benda angkasa(aflak) dan elemen-elemennya, atau dengan bantuan sifat-sifat daripada angka-angka. Inilah yang disebut tangkal atau azimat. Juga dalam hal ini termasuk SIO, tanggal lahir, pengrauh hari yang diyakini memberi pengaruh gaib terhadap nasib seseorang. Semunya perbuatan tersebut atau sejenisnya dianggap syirik termasuk kekafiran dan dosa besar. Jangankan yang demikian, menurut keterangan Hadist-hadist yang menceritakan  mengenai masalah tersebut. Andai kata seseorang itu menjadikan ayat-ayat al-Quraan sebagai azimat sehingga perasaannya bergantung dan penuh harap dengan apa yang ia azimatkan maka hukumnya termasuk syirik.

3.   Jenis yang ketiga ini, mengenakan pengaruhnya terhadap kekutan-kekutan imaginasi. Orang yang melakukan jenis pengaruh ini  bergantung kepada kekutan-kekuatan imaginasi. Entah dengan cara bagaimana ia aktifkan di dalam kekutan imaginasi itu. Kemudian membawa hayalan itu ke dalam peringkat persepsi sensual orang-orang yang melihat dengan gangguan kekutan jiwanya yang melakukan suatu pengaruh terhadap (persepsi sensual) itu. Sehingga, hayalan-hayalan tersebut dapat dilihat oleh orang-orang yang melihatnya seakan-akan ada di dunia nyata, padahal sebenarnya hanya sebatas pengaruh imaginasi si tukang sihir.

Kekutan sihir tersebut dilakukan oleh tukang sihir dalam meningkatkan potensinya melalui latihan (arriadho). Sehinga ia menjadi aktivitas sehari-hari atau sering disebut amalan. Semua amalan sihir mempunyai hubungan langsung antara dirinya dengan sefera (bintang-bintang). Dan yang lebih tinggi pringkatnya mengikat hubungan dengan syaitan-syaitan melalui pemujaan-pemujaan, kepatuhan, peribadatan kepada sesuatu yang dianggap memberi bantuan dalam mewujudkan keinginannya selain dari Allah. Dengan demikian sihir termasuk perbuatan kufur. Sebab kekufuran itu menjadi syarat utama dalam menerjuni dunia sihir.

Teknik tukang sihir dalam mengerjakan mangsanya

Bagaimana mbah Dukun atau tukang sihir dapat menjelma wajah seseorang yang hendak dikenakan sihir?
Dia membentuknya dalam bentuk apa yang hendak dikenakan sihir terhap mangsanya terkadang melalui rambut, pakaian atau apapun yang dianggap ada hubungannya dengan mangsa. Kemudian, dibanyangkan sebagaimana sifatnya dan berencanakan untuk menguasai orang tersebut memiliki persis sifatnya yang ada dalam dirinya dalam bentuk simbol-simbol, nama-nama atau atribut-atribut. Lalu dibacakan jampi serapah ke atasnya banyangan yang telah diletakkan sebagai pengganti orang yang akan disihir, baik secara kongkrit atau simbolik. Lalu jiwa orang yang disifatkan tersebut akan terimplikasi dengan apa yang diperbuatkan si tukang sihir. Sehingga ia keluar dari kesadaran dan mengikuti imagninasi atau kuasa yang telah sifatkan oleh  si tukang sihir tersebut.

Dalam mengenakan sihir ini termasuk juga pemanis dan azimat-azimat. Seperti merubah penampilan yang tidak menarik menjadi menarik, tidak suka menjadi suka, pelaris dan lains sebagainya.

Pengecualian

Berbeda dengan jampi. Jampi ialah bentuk mantra yang dibacakan untuk mengobati orang sakit baik ia bersumber dari al-Quraan atau dari doa-doa Rasulluah s.a.w. Kemudian jampi yang digunakan selain yang telah disebutkan diatas selagi jampi tersebut tidak mengandung unsur syirik dan memudharatkan maka ia diperbolehkan berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w.  sebagai berikut:

Dari Auf bin Malik bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Perlihatkan kepada aku jampi-jampi kalian. Tidak apa-apa jampi yang tidak mengandung syirik” (HR Muslim).

Demikianlah sekilas info tentang  sihir menyihir semoga dapat memberikan pemahaman yang luas dalam dulisan yang singkat ini. Wallahu ‘alam.


***

Nama-nama istilah Muamalah dalam Ilmu Syariah


Bai’ul hasaat
Ialah jual beli yang dilakukan sperti mengundi contohnya, lemparkanlah kerikil ini, pakaian mana yang terkena lemparanmu itulah yang menjadi milikmu dengan harga Rp 1.000,
Contoh kedua, seorang penjual berkata kepada pembeli “tanah ini kujual denganmu sampai batas lembaranmu”.

Bai'ul gharar
Segala macam bentuk yang sifatnya tidak jelas, sehingga dapat merugikan pihak yang mengadakan transaksi. Contoh menjual anak kambing yang masih berada dalam perut induknya atau menjual sesuatu yang tidak mungkin diserah terimakan kepada pembeli ketika itu.

Habalul habalah
Jual beli yang ditangguhkan contohnya seseorang menjual onta betina dengan pembayaran yang ditangguhkan  samapi onta tersebut beranak dan anaknya itu kemudain beranak pula. Ada juga sebahagian ulama’ berpendapat menjual anak onta yang masih dalam kandungan induknya. Seperti baiul gharar.

Bai'ul najasy
Seseorang bermufakat dengan penjual, seperti berpura-pura member penawaran yang tinggi hanya untuk mempengaruhi pembeli bawua ada yang berani membeli dengan harga sekian-sekian. Si penawar tadi hanya berpura-pura saja.

Bai'ul tashriyah
Manipulasi dalam penjualan contohnya membiarkan ternak tidak diperah susunya dalam beberapa hari sehingga teteknya penuh, sehingga calon pembeli terkecoh dan menyangka bahua ternak tersebut memiliki susu yang banyak.

Bai’ul shikak
Shikak ialah kupon subsidi yang diberikan pemerintah sebagai bantuan kepada orang-orang tertentu untuk mengambil jatah makanan atau yang lainnya sesuai dengan yang tertulis di kupon tersebut. Maka si pemilik kupon tidak boleh menjualnya kecuali setelah ia terima barangnya terlebih dahulu.

Bai’ul khiar
Dalam satu akad jual beli, salah seorang mengadakan transaksi tersebut mempersilakan yang lainnya untuk melakukan khiar antara meneruskan transaksi atau mebatalkannya.

Bai'ul araaya
Contoh menjual kurma yang masih di batang belum dipetik dibayar atau ditukar dengan kurma kering.  Cotoh jual beli araaya, kurma basah yang masih di batang tadi ditaksir (ditakar) kalau sudah kering kira-kira berapa takaran, kemudian dibayar dengan kurma kering sebanyak takaran yang diperkirakan tadi.

Baiul mukhabarah
Seseorang menyerahkan tanah miliknya kepada seseorang untuk ditanami atau dikelolah degnan syarat tuan yang punya tanah mendapat sebahagian dari hasil tanaman dan bibitnya dari si penggarap tadi.

Bai'ul mu’awanah
Jual beli secara tahunan contoh seseorang itu menjual pohon rambutannya kepada si pembeli selama satu tahun, selama itu apa yang dihasilkan dari pohon rambutan tersebut milik si pembeli.

Tsun-ya
Akad jual beli dalam melakukan transaksi dengan adanya pengecualian yang tidak jelas di dalam akad tersebut. Contoh si penjual berkata kepada si pembeli saya jual seogok duku Palembang ini kecuali sebagiannya.

Muhaaqalah
Contohnya si pemilik tanah menyewakan tanahnya kepada orang yang akan mengelolah tanah tersebut bahan makanan.

Muzahro’ah
Sebahagian ulam ada yang berpendapat hukumnya sama dengan Mukhabarah. Ada juga yang mengatkan berbeda, contohnya seseorang menyerahkan sebidang tanah serta bibitnya untuk digarap lalu hasilnya  antara pemilik tanah dan si penggarap.

Musaqat
Seseorang menyerahkan sebatang pohon kepada orang lain untuk menyirami dan mengurusnya dengan perjanjian si pemilik pohon akan mendapat bagian tertentu dari buahnya.

Hawalah
Melakukan pemindahan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang bersetuju membayar hutang tersebut.

"Cap jari" rahasia dalam al-Quraan terungakap oleh sains



Orang yang pertama kali menemukan cap jari ini ialah Francis Galton ia dilahirkan di  Brimingham, England, pada Februari 1822, sepupu Charles Darwin yang terkenal dalam teori Evolusinya. Faris Galton hidup pada kurun 1822-1911, beliau berasal dari keturuan Kristen Quaker dibesarkan sebagai pengikut gereja Inggris. Galton banyak membuat kajian yang berkaitan dengan eugenic beliau sangat menggemarinya. Pertama-tama ia menyelidiki cap jari  yang diharapkan dapat membuktikan kewujudan asas baka keturuan. Beliau meciptakan kaedah mengelaskan cap jari kepda “lingkaran”, “lengkok” dan ”bundaran”. Kemudian beliau berhasil menemukan kaedah ini dengan tepat bahwa setiap manusia akan memiliki garis jari yang tidak sama sehingga kaedah ini di pakai pertama kalinya  di Scotland Yard. Melihat kaedah ini sangat berguna lalu ia dipakai meluas oleh terutama sekali agensi-agensi keamanan.

Dalam perdaban Yunani kuno untuk mendakan seseorang itu peranah melkukan krimina maka dipotong bagian tubuhnya atau di gunakan tatto untuk mengenalinya. Kemudian di Perancis digunakan ukuran tulang seseorang tersebut untuk menjadi penguruan dan mengenal individu tapi setelah disadari kaedah ini banyak mengalami kekurangan karna tidak bisa digeneralisasikan hanya utuk orang tertentu saja. Kemudian pada saat ini digunakan DNA untuk mengenali identitas seseorang itu namun disadari cara ini memiliki kekurangan karna orang yang kembar seiras akan memiliki DNA yang sama.  Oleh karan itu cara yang paling efektif untuk mengenal identitas seseorang ialah cap jari.

Setelah kajian demi kajian sains dilakukan dari zamannya Galton hingga saat ini maka terbuktilah bahwa cap jari tidak ada yang  sma walaupun terhadap anak yang kembar seiras. Ditemukan pula bahwa gesran, bentuk cap jari itu tidak akan berubah seiring bertambah usia seseorang. Menurut fakar  dalam bidang ini cap jari embrio sepenuhnya terbentuk menjelang umur bayi 4 atau 5 bulan dan akan kekal sepanjang hayat.

Pejelasan Al-Quraan mengenai cap jari
Didalam surah al-Qiamah dijelsakan Allah sebagai berikut:
“Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya. Bukan demikian sebenarnya Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemari dengan sempurna”. (Al-Qiamah: 3,4).
Menurut Ibnu Kastir perkataan banan (lihat al-Quran ayat 4) bermaksud hujung jari atau perut jari. Kemudan dikatakan pula bahwa Allah mampu berbuat menyusun (banan) semuanya sama ukurannya. Walaupun ia mengalami perbedaan. Jangankan itu termasuk tulang belulangpun mampu di susun sempurnah kembali.
Kemudian ayat yang keempat ini setelah diteliti dan dianalisa maka ada kena-mengenanya dengan cap jari manusia meskipun tidak disebut secara langsung. Dan itu tugas manusia tersebut untuk meneliti dan mencarinya.

Bibliografi Imam al-Ghazali


Abu Hamid Al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M) beliau adalah seorang tokoh pemikir muslim yang hidup pada akhir zaman keemasaan Islam, di bawah khilafah Abbasiah yang berpusat di Bakhdad. Pada masa beliau hidpup situasi politik dan ilmiah mengalami krisis, baik karna motivasi idiologie mahupun entnis dan ambisi duniawi. Ketika itu para ulama, termasuk Al-Ghazali sampai usia tertentu serius mengembangkan dan mencari ilmu untuk mencapai kedudukan tinggi di mata umat mahupun penguasa (talab al-jah). Sebaliknya penguasapun berusaha mendekati ulama untuk meperkuat posisinya di mata umat. Di sisi lain, kolaborasi ulama Sunni dengan umara’ Sunni (dinasti Saljuk) ini merupakan sesuatu yang logis sebab mereka menghadapi musuh yang sama, iaitu kaum filosof, Mu’tazila dan Syi’ah terutama sekali Isma’iliyyah/Batiniyyah dengan pusat pemerintahannya yang tangguh (negara Fatimi di Mesir), negara Bani Sulaihi di Yaman, negara Qaramitha di Bahrain dan banteng Alamaut di utara Abbasiah. Sementara itu kekuatan Kristen Eropa merupakan ancaman serius sampai tercetusnya Perang Salib abad pertengahan babak pertama terjadi di masa Al-Ghazali (490 H/1096 M).

Menurut pengakuan Al-Ghazali sendiri, ia yang genius dan kritis sejak kecil lagi menghadapi pertingkahan banyak agama, aliran yang kontroversial, dalam Isalam adalah aliran Mutakallimin, Filosof, Ta’limiyyah, dan kaum Sufi yang masing-masing mengklaim alirannya lah yang paling benar. Sementara Al-Ghazali banyak memahami hadist-hadist Rasulullah yang paling benar itu ila al-Quraan dan Sunnah. Dari sinilah timbulnya pertanyaan dalam hatinya tentang mana kebenaran yang tunggal dan apa standard kriteria kebenaran itu, serta dorongan yang kuat untuk mencari dan menemukan ilmu yaqini sebegai kebenaran mutlak yang pasti dan universal pula. Dari sinilah beliau terjun ke dalam semua bidang pengetahuan hingga ke jantungnya yang paling dalam. Latar belakang tersebut membuat Al-Ghazali muncul sebagai  seorang sufi filosof yang mutakallimin dan faqih besar yang oleh Marokhi disebut sebagai “ensiklopedi” semua disiplin ilmu pengetahuan di zamannya. Disatu pihak, Al-Ghazali mendapat gelar Hujjat al-Islam (argumen Islam) dan dinyatakan oleh Ibnu ‘Asakir sebagai Mujaddid (pembaharuan Isalm) abad ke-5 Hijriyah.

Al-Ghazali beliau hdiup di masa kepemimpinan Nizam al-Mulk- yang menjadi wazir selama 30 tahun  pada masa pemerintahan sultan Alp Arslan Malik Syah yang berperan membawa Ababasyiah kepuncak kejayaan kembali. Pada masanya didirikan madrasah-madarasah Nizzamiah di Bakhdad dan di Nesapur yang di pimpin oleh Imam al-Haramain al-Juaini tempat Al-Ghazali belajar. Kebesaran Abbasiyah berubah darastis sepeniggal Nizam al-Mulk dan Malik Syah (485 H) diikuti pula prubahan drastis dalam kehidupan Al-Ghazali, akhirnya beliau menarik diri dari Bakhdad akhir tahun 488 H. untuk berkhalawat mencari ilmu yaqini di Syam dan sekitarnya. Masa inilah digunakan oleh imam Al-Ghazali untuk menulis, bukunya yang terkenal Ihya’ ‘Ulum al-Din. Kemudian perjuangan beliu dilanjuti oleh muridnya yang bernama Muhammad bin Taumart yang bergelar al-Mahdi untuk menghancurkan Murabitin. Sejarah menyimpulkan bahwa Al-Ghazali hidup dalam tradisi yang sudah terpisah dari tradisi politik. Sampai masa Al-Ghazali akumulasi ilmu pengetahuan sudah memuncak seperti usul fiqh, ilmu hadist, ilmu-ilmu naqliah, ilmu sosial, ilmu alam dan lain sebagainya. Sehingga imam Al-Ghazali sebagai pengembang dan memodifikasi dari apa yang sudah ada sebelumnya.

Gibb dan Karmers menrangkan secara tepat bahwa yang menerangkan riwayat Al-Ghazali ialah karnyanya sendiri. Nama lengkap imam Al-Ghazali Abu Hamid, Muhammad bin Muhammad ibnu Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali al-Tusi lahir di Tus 450 H/1058 M. ia di gelar Abu Hamid karna mepunyai putra bernama Hamid yang meninggal sewaktu kecil. Tentang asal beliau apakah dari Parsi atau Arab masih diperselisihkan. Ia terkenal dengan sebutan “Al-Ghazzali” (dobel “z”) dan kadang disbut Al-Ghazali. Tidak diketahui banyak tentang keluarga beliau. Abd al-Gafir hanya menyebut nama ayahnyya bernama Muhammad dan nama kakeknya, Muhammad. Ibn Khalikan menanambahkan nama datuknya, Ahmad. Ayah Al-Ghazali adalah seorang penenun bulu domba dan menjualnya di pasar Tus dia wafat ketika Al-Ghazali berusia 6 tahun. Tapi ibunya sempat melihat masa-masa bintangnya Al-Ghazali yang tersohor dan popular.

Keseluruhan masa hidup iamam Al-Ghazali dibagi dalam tiga fase
1.      Priode Bakhdad dan sebelumnya: fase Tus, fase Jurjan, fase Nesapur, fase Mu’askar dan fase Bakhdad.
2.      Priode pasca Bakhdad: fase ‘Uzlah, Nesapur II, fase Tus II. Priode ini sering disebut priode pra-Sufi.
3.      Priode Sufi.

Pada masa ini ayahnya menitip Al-Ghazali pada kawannya penganut tasawwuf  untuk mendidik kedua anaknya dengan imbalan harta warisannya sampai harta itu habis. Kemudian kedua anak itu masuk madrasah. Setelah itu Al-Ghazali mempelajari fiqh dengan Ahmad ibn Muhammad di samping mempelajari ilmu-ilmu yang lain, di madrasah Nizamiyyah Tus. Beliau adalah anak yang genius dan kritis semenjak kecil. Dari Tus Al-Ghazali meneruska studinya ke Jurjan pada Imam Abu Nasr al-Isma’ili diduga kuat beliau belajar di sini selama 5 tahun. Kemudian Al-Ghazali bersama pemuda Tus melanjutkan studinya di Nespur pada Imam al-Haramain selam 5 tahun 437-478 H. samapi wafatnya Imam al-Haramin. Ketika itu jumlah seluruh pelajar Nespur sebanyak 400 siswa. Imam al-Haramain, yakni Abu al-Ma’ali Abdul al-Malik al-Juaini (419-478 H). beliau merupakan tokoh keempat mazhab tologi Asy’ariyah. Sepeniggalnya Imam al-Haramain, 25 Rabul akhir 478 H, Al-Ghazali Meninggalkan Nesapur menuju Wazir Nizam Al-Mulk di Mu’askar. Disini ia tinggal ± 6 tahun bersama isteri dan tiga putri beliau sejak wafatnya Imam al-Haramain  sampai ketika pindah ke Bakhdad, Jumdil al-Ula 484 H, dengan tiga kegiatan pokok: debat, diskusi-diskusi ilmiah dan bertafakur.

Pada fase Bakhdad, Nizam Al-Mulk mengangkat Al-Ghazali menjadi Guru Besar sekaligus Rektor Nizamiyyah Bakhdad dalam usia beliu 34 tahun. Berlangsung selama 4.5 tahun sejak Jumadil al-Ula 484  H sampai Zulqaidah 488 H, disebabkan banyak  terjadinya konflik dan persetruan akhirnya beliu mengundurkan diri dengan mewakafkan seluruh kekeyaanya kecuali sekedar bekal untuk keluarga. Pristiwa ini merupakan catatan penting bukan saja menentukan pemikiran dan kehidupan Al-Ghazali seterusnya, tetapi juga turut mengubah arah perkembangan dan pemikiran kehdiupan dunia Islam selanjutnya dari corak rasionalistik-formalistik-parsialistik kepada corak sintetik-integralistik kembali.

Kemudian beliau kembali lagi ke Nizamiayah Nesapur Zulqaidah 499 H.  mengenai ini Al-Ghazali mengatakan, “ Kemudian aku masuk ke Syam, di sini aku bermukim hampir 2 tahun. Aku tidak mempunyai kesibukan selain ‘Uzlah (mengasingkan diri), Khalawat, riadho, mujahadah” (al-Munqiz hlm. 49). Beliau mengajar di sana antara tahun 499-503 H, selama itu beliu berkecipung dalam tasawwuf. Dalam fase Nesapur II inilah beliau banyak mengarang kitab.

Bertepatan fase Tus II, beliu menjalani dan mengajar hidup Sufi bersama kawan-kawannya juga memperdalamkan lagi kajian mengenai Al-Quraan dan Hadist. Beliau Wafat hari Senin, 14 Jumadil akhir 505 H/ 18 Desember 1111 H, dalam usia 53 tahun di makamkan di Tabaran, Tus Kurasan.

Indeks
Dr. Saieful Anwar Filasafat ilmu Al-Ghazali Dimensi Ontologi dan Aksiologi. Cv. Pustaka Setia.Bandung-Indonesia.
Ibnu Khaldun, 1992, Kitab al-‘Ibar wa Daiwan al- Mubtada’ wa al-Khabar, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, jld. III, hlm. 537-567, IV, hlm. 3-82 dan Hasan Ibrahim Hasan.
Komisi Nasional Mesir untuk UNESCO, 1986 Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Kebudayaan, term, Ahmad Tafsir Bandung, Pustaka, hlm. 109-338,
H.A.R. Gibb & J.H. Kramers, ed, op cit, hlm. 113.
Dimuat lengkap dlm Al-Subki, op it,IV, 203-214.
Identitas ‘Abd al-Gafir dan studi di Jurjan, IV hal. 203-204 dan hlm.195-196.
Muhammad Farid Wajdi, ed, t.t, Da’irat Ma’arif al-Qarn al-Isyrin, Beirut Lebanon. Dar al-Ma’arifah, hlm. 65-68.
Al-Ghazali al-Munqiz hal. 9,27, 49.


Mamfaat membaca Al-Quraan dan kehebatannya


Keutamaan membaca Al-Quraan
Banyak sekali faedah dan mamfaat tentang al-Quraan yang tidak mungkin saya huraikan dalam tulisan yang singakat ini tapi cukuplah bagi mereka yang ingin mengetahuinya.

Hadist diriwayatkan dari Aisya r.ha bahwa Rasulullah s.a.w bersabda, “Seseorang yang ahli dalam al-Quraan akan berada bersama para malaikat pencatat yang mulia dan jujur. Seorang yang membaca al-Quraan dengan terbatah-bata (tersekat-sekat) dan susah payah untuk membacanya akan mendapat dua ganjaran pahala (riwayat, Muslim, Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah).

Seseorang yang ahli dalam al-Quraan yang menghafal dan selalu membacanya sekiranya ia dapat mengerti makana dan maksudnya itu lebih baik, tapi jika tidak hanya membaca saja maka ia tetap mendapat pahala. Walaupun terbantah-bantah membacanya namun tetap mendapat dua paha. Pertama, pahala bacaanya dan kedua pahala susah payah dalam membacanya.
Al-Quraan juga sebagai obat, obat kegelisahan, ketakutan, keresahan dan juga obat segala macam penyakit baik yang berbentuk zahir mahupun penyakit batin sebgaimana dijelaska Allah dalam surrah al-Isra’ ayat 82 yang bunyi sebagi berikut:

“Dan kami menurunkan secara berangsur-angsur daripada ayat-ayat suci al-Quraan yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang yang beriman dan sebaliknya al-Quraan tidak menambahkan untuk orang yang zalim (disebabkan keingkaran mereka) melainkan kerugian. QS: al-Isra’, 82)

Bacaan al-Quraan itu disamping supaya hati manusai tidak keras dan selalu tenang dalam mengahadapi beragam ujian dan cobaan juga memberi kebaikan dan suber derjat yang tinggi sisi Allah sebagaimana dijelaskan Nabiyullah s.a.w.

“Sesiapa yang membaca satu hurup dari kitab Allah (al-Quraan) maka untuknya diberi satu ‘hasanah’ (kebaikan, pahala atau darjat) sebagai ganjaran bagi huruf itu dan satu hasanah sama dengan sepuluh pahala. Aku tidak berkata alif, lam, mim sebagai satu huruf tetapi, alif adalah satu hrup, lam satu huruf dan mim satu huruf” (Riwat Imam Tirmizi)

Hadist Rasulullah s.a.w  yang lainya menerangkan bahwa al-Quraan nantinya akan memberi syafaat kepada orang yang selalu membacanya, meninggikan darjatnya dan membelanya nanti yang mana mana hari itu  (padang mahsyar) tidak ada yang dapat menolong. Anak, suami, isteri, harta, kedudukan semuanya menjadi musuh. Al-Quraan akan meminta kepada Allah  supaya memberikan pakaian kepadanya lalu Allah menganugrahkannya pakaian kemuliaan. Karna pada hari itu semuanya telanjang walaupun di dunia ini memiliki pakain yang baus dan mahal-mahal. Kemudan al-Quraan memohon lagi kepada Allah agar orang yang membacanya diberi mahkota kemuliaan, lalu al-Quraan memhon lagi agar orang tersebut ditambah ni’mat lalu Allah berikan. Al-Quraan memohon lagi agar orang tersebut Allah meridhoinya lalau Allah meridhoinya. Maka tiada kegembiraan yang lebih besar dari ridho Allah tersebut.  (sarh as-Sunnah).

Orang yang jauh daripada al-Quraan ibarat sebuah rumah yang kosong telah lama tinggal penghuninya penuh sarang laba-laba dan debu. Jauh dari ketenanggan, selalu resah dan frustasi. Penuh dengan angan-agan kosong dan serakah hidup tidak tenteram.
Sebgaimana sabda Nabiyullah s.a.w dalam Hadist riwayat Imam Tirmizi, Darimi dan Hakim:
“Seseorang yang tidak ada sebagian pun al-Quraan dalam hatinya adalah seumpama rumah yang telah ditinggal kosong”.

Dunia ini adalah perhisan, tidak kekal suatu saat nanti akan kita tingalkan walaupun dengan terpaksa. Seandainya dunia ini lebih berarti walaupun seberat sayap nyamuk di sisi Allah niscaya tidak akan diberi orang-orang yang mendurhakai Allah walaupun setes air. Dunia ini hina dalam pandangan Allah oleh karna itu kejarlah apa yang Allah ridhoi. Ketahuilah apa yang kita lihat saat ini seperti kemajuan sains bukanlah perkara yang luar biasa. Ia hanyalah sebatas alat, sehebat apapun sains tidak dapat menghubungkan kita dengan Tuhan, tidak dapat menjelaskan siapa Allah?. Melainkan wahyu yang mampu berbuat demikan. Pendidikan yang kita kejar jangan sampai ia kehilangan arah tujuan yang sebenar. Tujuan belajar bukan semata-mata untuk mendapat kerjaan bagus, pangkat tinggi, gaji besar dan dipandang mulia. Tapi tujuan pendidikan yang sebenarnya untuk memperbaguskan ibadah kepada Allah, jadi setinggi apapun pendidikan seseorang itu tidak lah meberi makna yang lebih jika hanya untuk melepas nafsu dunia tanpa amal yang soleh dan memahami Isalam dengan benar. Memahami Islam dengan benar hanya ada dalam al-Quraan dan Sunnah, itulah kebenaran yang mutlak. Dan dengan kebenaran itulah terciptanya langit dan bumi ini.

Jangan sampi kita lalai mengingat Allah, disebabkan hati selalu disibukkan dengan dunia, panjang angan-angan sehingga membawa kebinasaan dunia akhirat. Bukan bearti kita tidak dibolehkan mengejar dunia tapi letakkanlah ia di tangan bukan di hati. Karna Allah tidaklah menciptakan dalam rongga dada manusia dua hati tapi satu. Siapa yang mencintai dunia maka dipastikan ia lalai mencintai Allah dan RasulNya.
Wallau a’lam, waslam