Sabtu, 12 November 2011

Mengungkap rahasia sihir


Sihir, pemanis, susuk dan apapun namanya. Perkara itu merupakan fakta yang tak terbanta dan merupakan sunatullah (ketentuan) untuk menguji hamba-hambanya. Dan Allah memberikan ruag gerak terhadap kerja sihir untuk menguasai orang-orang yang lupa kepada Allah. Orang-orang yang menjadikan syaitan sebagi pelindungnya. Mencari perlindungan selain daripada Allah semunya lemah kecuali Allah Zat yang Yang Maha Perkasa. Rasulullah s.a.w. sendiri pernah terkena sihir. Dalam menyikapi pristiwa ini hendaklah jangan disalah artikan dengan penafsiran yang sempit. Apa yang terjadi, menimpa Rasulullah tersebut bukan berarti ia lupa dengan Allah lantas sihir berhasil mempengaruhinya. Tetapi semua yang terjadi pada diri Rasululullah adalah bentuk pengajaran yang hendak Allah sampaikan pada hambanya. Lantas dengan terjadinya peristiwa ini umat manusia telah diberi bekal bagaimana cara menghindari dan mengatasi masalah tersebut. Karena diketahui sebelumnya permasalan itu ada.

Cerita mengenai sihir yang menimpa Nabi s.a.w. sebagaimana diterangkan Imam Muslim dalam kitab Sahihnya:

Hadits bersumber dari Aisya r.ha. beliau berkata: seorang Yahudi Bani Zuraiq bernama Labaid bin al-Aslam, pernah menyihir Rasulullah s.a.w. lantas Nabi s.a.w membayangkan seolah-olah melakukan sesuatu, padahal tidak. Sampai suatu hari atau pada suatu malam, Rasulullah s.a.w. berdoa dan terus berdoa kemudian bersabda: “Hai Aisyah, apakah engkau merasa bahwa Allah memberiku petunjuk mengenai apa yang aku tanyakan kepadaNya? Dua malaikat telah datang kepadaku. Salah satu diantaranya duduk di samping kepalaku, sedangkan yang lainnya di dekat kakiku. Malaikat yang berada di samping kepalaku berkata kepada malaikat yang berada di dekat kakiku, atau sebaliknya: “Apa sakit orang ini?”
Yang ditanya menjawab: “Tersihir”
Yang satunya bertanya lagi: “Siapakah yang menyihirnya?”
Yang lain menjawab: “Labaid bin al-Aslam”
Yang satunya bertanya: “Di mana sihir itu ditempatkan”
Yang lain menjawab: “Pada sisir dan rambut rontok yang berada di sisir itu, serta kantong mayang kurma jantan.”
Yang satunya bertanya: “Di mana itu diletakkan?”
Yang lain menjawab: “Di dalam sumur Dzu Arwan.”
Lanjut Aisyah r.ha: Lalu Rasulullah s.a.w. datang ke sumur itu bersama beberapa sahabat beliau. Kemudian beliau bersabda: “Hai Aisyah, demi Allah, seakan-akan air sumur itu seperti inai (kemerah-merahan), sedangkan pohon kurma yang ada di situ bagaikan kepala-kepala syaitan.
Aku (Aisyah) bertanya: “Ya Rasulullah apakah engkau tidak membakarnya saja benda itu?”
Rasulullah s.a.w. menjawab “Tidak, mengenai diriku, Allah telah berkenan menyembuhkanku. Dan aku tidak suka membuat khalayak menjadi resah. Karena itu, akau menyuruh memendam (menanam)nya.” (HR. Imam Mulsim)

Dari peristiwa itulah turunya surah al-Falq. Allah memberi tangkal kepada Rasullah s.a.w. dengannya. Berdasarkan keterangan penafsiran Asbabun Nuzul ayat tersebut, sewaktu Rasulullah membaca ayat tersebut maka buhul (tali pengikat yang ada dibenda sihir) terlepas satu persatu.
Merujuk kepada keterangan-keterangan baik pandangan para Ulama atau pun penafsiran al-Quraan dan Hadist itu sendiri dapat ditarik kesimpulan, sekiranya seseorang itu hendak menangkal terhadap ganguan sihir dengan tidak lupa membaca tiga surah yang terakhir (al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas). Dan ini hendaklah dibacakan berterusan di manapun dan kapanpun. Baik ketika bepergian, mengunci pintu, pergi ke undangan dan lainya. Insya Allah anda akan terbebas dari perbuatan sihir yang dikutuki Allah tersebut. Karena sesuai dengan penjelasan Allah bahwa sihir itu tidaklah memberi mudharat dan mendatangkan mamfaat melainkan kerugian. Biasanya sihir itu hanya dapat menguasi jiwa manusia yang kosong dan lemah spritualnya sehingga dengan mudah sihir mempengaruhinya.

Penjelasan al-Quraan mengenai sihir sebagaimana di terangkan Allah dalam surah al-Baqarah, 102 sebagai berikut:

“Dan mereka mengikuti apa (kitab-kitab sihir) yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengerjakan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil iaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengerjakan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu)” sebab itu janganlah kamu kafir.
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isteri. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudhorat kepadanya dan tidak memberi mamfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah menyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di
akhirat, dan amat jauhlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, jikalau mereka mengetahui”. (Al-Baqoroh: 102).,

Berdasarkan uraian Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya sebagai berikut:
“Ilmu sihir termasuk tangkal azimat, adalah berupaya menunjukkan bagaimana jiwa-jiwa manusia mampu disiapkan untuk melakukan sesuatu pengaruh terhadap benda dunia, elemen-elemen baik tanpa bantuan atau dengan bantuan benda-benda gaib. Jenis yang pertama adalah sihir. Dan yang kedua ialah tangkal azimat. Ilmu ini dilarang mengamalkannya oleh syariat agama, karena ia memudharatkan dan mengharuskan pengamalnya menyekutukan Allah. Ilmu-ilmu sihir terdapat di kalangan penduduk Babil yang terdiri daripada bangsa Syiria dan Kaldean, juga terdapat di kalangan bangsa Mesir dan lainnya.

Mencermati penjelasan Ibnu Khaldun yang mengulas mengenai sihir. Bahwa ahli sihir juga memiliki kekuatan (kemampuan) untuk melaksanakan pengaruh terhadap makhluk-makhuk ciptaan dan untuk menarik spritualiti-spritualiti bintang-bintang agar dapat digunakan untuk melakukan suatu pengaruh baik melalui kekutan psikis atau kekuatan syaitan. Jiwa-jiwa para peramal memiliki kualitas yang memungkinkan untuk melihat hal-hal yang gaib dengan perantaraan kuasa syaitan. Sementara syaitan itu penuh kebohongan.

Adapun jiwa (seseorang) yang memiliki kekutan sihir itu dikelompokkan menjadi tiga kategori:

1.   Jenis yang peratama ini menggunakan pengaruhnya hanya melalui kekuatan mental semata(himmah) tanpa apa-apa alat bantuan. Inilah yang disebut oleh para hali falsafah sebagai sihir.

2.  Jenis yang kedua ini mengenakan pengaruhnya dengan bantuan watak benda-benda angkasa(aflak) dan elemen-elemennya, atau dengan bantuan sifat-sifat daripada angka-angka. Inilah yang disebut tangkal atau azimat. Juga dalam hal ini termasuk SIO, tanggal lahir, pengrauh hari yang diyakini memberi pengaruh gaib terhadap nasib seseorang. Semunya perbuatan tersebut atau sejenisnya dianggap syirik termasuk kekafiran dan dosa besar. Jangankan yang demikian, menurut keterangan Hadist-hadist yang menceritakan  mengenai masalah tersebut. Andai kata seseorang itu menjadikan ayat-ayat al-Quraan sebagai azimat sehingga perasaannya bergantung dan penuh harap dengan apa yang ia azimatkan maka hukumnya termasuk syirik.

3.   Jenis yang ketiga ini, mengenakan pengaruhnya terhadap kekutan-kekutan imaginasi. Orang yang melakukan jenis pengaruh ini  bergantung kepada kekutan-kekuatan imaginasi. Entah dengan cara bagaimana ia aktifkan di dalam kekutan imaginasi itu. Kemudian membawa hayalan itu ke dalam peringkat persepsi sensual orang-orang yang melihat dengan gangguan kekutan jiwanya yang melakukan suatu pengaruh terhadap (persepsi sensual) itu. Sehingga, hayalan-hayalan tersebut dapat dilihat oleh orang-orang yang melihatnya seakan-akan ada di dunia nyata, padahal sebenarnya hanya sebatas pengaruh imaginasi si tukang sihir.

Kekutan sihir tersebut dilakukan oleh tukang sihir dalam meningkatkan potensinya melalui latihan (arriadho). Sehinga ia menjadi aktivitas sehari-hari atau sering disebut amalan. Semua amalan sihir mempunyai hubungan langsung antara dirinya dengan sefera (bintang-bintang). Dan yang lebih tinggi pringkatnya mengikat hubungan dengan syaitan-syaitan melalui pemujaan-pemujaan, kepatuhan, peribadatan kepada sesuatu yang dianggap memberi bantuan dalam mewujudkan keinginannya selain dari Allah. Dengan demikian sihir termasuk perbuatan kufur. Sebab kekufuran itu menjadi syarat utama dalam menerjuni dunia sihir.

Teknik tukang sihir dalam mengerjakan mangsanya

Bagaimana mbah Dukun atau tukang sihir dapat menjelma wajah seseorang yang hendak dikenakan sihir?
Dia membentuknya dalam bentuk apa yang hendak dikenakan sihir terhap mangsanya terkadang melalui rambut, pakaian atau apapun yang dianggap ada hubungannya dengan mangsa. Kemudian, dibanyangkan sebagaimana sifatnya dan berencanakan untuk menguasai orang tersebut memiliki persis sifatnya yang ada dalam dirinya dalam bentuk simbol-simbol, nama-nama atau atribut-atribut. Lalu dibacakan jampi serapah ke atasnya banyangan yang telah diletakkan sebagai pengganti orang yang akan disihir, baik secara kongkrit atau simbolik. Lalu jiwa orang yang disifatkan tersebut akan terimplikasi dengan apa yang diperbuatkan si tukang sihir. Sehingga ia keluar dari kesadaran dan mengikuti imagninasi atau kuasa yang telah sifatkan oleh  si tukang sihir tersebut.

Dalam mengenakan sihir ini termasuk juga pemanis dan azimat-azimat. Seperti merubah penampilan yang tidak menarik menjadi menarik, tidak suka menjadi suka, pelaris dan lains sebagainya.

Pengecualian

Berbeda dengan jampi. Jampi ialah bentuk mantra yang dibacakan untuk mengobati orang sakit baik ia bersumber dari al-Quraan atau dari doa-doa Rasulluah s.a.w. Kemudian jampi yang digunakan selain yang telah disebutkan diatas selagi jampi tersebut tidak mengandung unsur syirik dan memudharatkan maka ia diperbolehkan berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w.  sebagai berikut:

Dari Auf bin Malik bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Perlihatkan kepada aku jampi-jampi kalian. Tidak apa-apa jampi yang tidak mengandung syirik” (HR Muslim).

Demikianlah sekilas info tentang  sihir menyihir semoga dapat memberikan pemahaman yang luas dalam dulisan yang singkat ini. Wallahu ‘alam.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar